Kampus Perjuangan Atau Per-Uang-an ?

Oleh: Mardhani, Alumni, HI Universitas Nasional 2002

Kampus Perjuangan merupakan julukan yang sudah tidak asing lagi bagi UNAS atau Universitas Nasional. Gelar tersebut diberikan oleh Presiden Pertama RI Ir. Soekarno pada tahun 1959. Sejak dulu hingga sekarang setidaknya UNAS telah berhasil melahirkan para aktifis politik, yang mana selalu mengkritisi keadaan social politik di republik ini yang dianggap masih belum memiliki keberpihakannya kepada Rakyat. dan sedikit banyaknya UNAS telah mempunyai peran dalam kehidupan berkebangsaan di republik ini salah satunya ialah dalam mengulirkan reformasi 98. kekritisan dan progesifitas yang dilakukan oleh mahasiswa UNAS dalam mengkritisi keadaan social politik pada masa orde baru contohnya ketika Nuku Sulaeman memproklamirkan SDSB (Soeharto Dalang Segala Bencana) telah cukup membuat rezim yang berkuasa ketika itu geram akan hal tersebut hal-hal tersebut merupakan salah satu contoh yang menjadikan UNAS salah satu basis dari gerakan mahasiswa dan merupakan salah satu alasan kata kampus perjuangan layak di semboykan kepada UNAS, selain itu juga alasan dari kata kampus perjuangan diberikan oleh Ir. Soekarno kepada UNAS ialah dikarenakan UNAS memiliki misi untuk memajukan pendidikan dan kebudayaan dengan mencerdaskan kehidupan bangsa tetapi apakah pada era sekarang slogan tersebut masih pantas dilekatkan atau disemboyankan terhadap UNAS?

Unas dahulu merupakan salah satu kampus yang menaungi orang-orang atau masyarakat yang ingin mencari pengetahuan dari semua kalangan ekonomi atau tanpa pandang bulu, tetapi pada masa sekarang sepertinya merupakan kampus yang identik dengan orang-orang yang mempunyai kemampuan atau dari kelangan menengah atas saja yang dapat menuntut ilmu di UNAS, hal tersebut dapat dilihat atau diamati dari terus dinaikannya biaya pendidikan atau bayaran kuliah mahasiswa tiap angkatan tiap tahunnya.

Selain itu UNAS juga sekarang telah memberlakukan suatu biaya masuk yang biasa disebut dengan biaya pembangunan atau uang gedung, padahal semenjak diberlakukannya kebijakan tersebut tidak ada pembangunan atau perbaikan-perbaikan yang terlalu berarti di lingkungan UNAS. Contohnya ialah gedung yang masih digunakan masih tetap gedung tua, bahkan dinding-dindingnya masih banyak yang menggunakan papan yang hanya ditutupi dengan polesan cat agar terlihat seperti dinding batu, tidak adanya pembangunan gedung baru padahal UNAS baru saja membuka fakultas baru yaitu fakultas kesehatan yang secara logika seharusnya setiap fakultas memiliki gedung masing-masing. Selain itu pada buku wisuda 26 Mei 2007 ada suatu hal yang sangat jangal yaitu di sampul buku wisuda tersebut terpampang gambar perpustakaan UNAS yang begitu bagusnya dan begitu nyamannya dengan dilengkapi banyaknya perangkat komputer canggih, padahal hal tersebut tidaklah sesuai dengan kondisi sebenarnya, yang mana kondisi sebenarnya adalah ruangan perpustakaan yang kurang nyaman yang dikarenakan oleh banyaknya AC atau pendingin udara yang rusak dan mati, dan hanya terdapat 1 buah komputer untuk mencari buku yang hendak kita cari/baca dan ironisnya komputer tersebut juga sering rusak. Jadi faktanya gambar yang terpampang di sampul depan buku wisuda 26 Mei 2007 hanya merupakan kebohongan belaka.

UNAS yang dahulu yang mana biaya pendidikannya masih dapat dijangkau oleh kalangan menengah ke bawah kini telah menjadi kampus yang glamour dan komersil, bayangkan saja apakah mampu masyarakat dari kalangan menengah kebawah masuk atau kuliah di UNAS sekarang dengan biaya pendidikannya yang tinggi dimana hanya dapat dijangkau oleh masyarakat dengan tingkatan ekonomi menengah atas?.

Salah satu contohnya misalnya, di fakultas ISIP, di jurusan Hubungan Internasional biaya pendidikan atau SPP persemester di Fisip HI sekarang adalah sebesar Rp.4.200.000. Apakah mampu masyarakat dari kalangan menengah bawah membayar biaya tersebut tiap 6 bulan sekali? Belum lagi uang lain-lain, seperti misalnya uang sidang dimana sebesar Rp.650.000 dan uang wisuda sebesar Rp.750.000, dimana mahasiswa secara tidak langsung diwajibkan untuk ikut dalam wisuda tersebut, karena apabila mahasiswa tersebut tidak mau untuk mengikuti wisuda tersebut Ia tetap harus membayar biaya tersebut agar Ijazahnya dapat diterimanya.

Padahal semenjak terjadinya krisis ekonomi yang melanda negeri ini seharusnya lembaga pendidikan memikirkan bagaimana caranya agar semua masyarakat terutama dari kalangan menengah ke bawah dapat melanjutkan atau dapat mendapatkan pendidikan yang bermutu yang tentu saja akan berpengaruh pada kehidupan bangsa ini kedepannya, apalah jadinya bangsa ini dimasa sekarang dan yang akan datang apabila keadaan seperti sekarang ini yaitu komersialisasi pendidikan terus dilakukan, hanya orang-orang yang mampu atau dari kalangan atas sajalah yang dapat mengenyam pendidikan yang tentu saja akan menjadi penerus bangsa ini kedepan kalau sudah seperti itu maka sila ke-lima dari Pancasila yaitu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia hanya merupakan semboyan saja yang tidak dapat diterapkan di bangsa ini, yang dalam hal ini adalah di bidang pendidikan. Dan dengan kata lain orang-orang dari kalangan atas atau mampu sajalah yang boleh berpendidikan sedangkan orang dari kalangan bawah hanya boleh bermimpi saja.

Mungkin salah satu alasan atau salah satu kata yang diungkapkan oleh para pejabat UNAS adalah “kampus negeri saja sekarang sudah gila-gilaan masalah pembayaran kuliah”. Apabila kata-kata tersebut yang dijadikan kalimat untuk berlindung maka akan terlihat jelas bahwa lembaga pendidikan sekarang hanya memikirkan bagaimana mendapatan profit yang sebesar-besarnya. Padahal ketertinggalan dan keterpurukan republik ini dari negara-negara lain di dunia salah satunya adalah dikarenakan republik ini kurang memikirkan atau tidak memprioritaskan perhatiannya pada pembangunan SDM yang handal yang dapat dibangun atau diciptakan dengan memprioritaskan pendidikan menjadi nomor satu hal tersebut merupakan salah satu factor yang membuat republik ini seperti sekarang ini. UNAS seharusnya mampu untuk menunjukkan bahwasanya komersialisasi yang terjadi dikampus-kampus negeri sekarang ini merupakan suatu hal yang salah dan menyalahi dari tujuan dasar lembaga pendidikan dan sangat merugikan masyarakat dan bangsa ini.

Padahal lembaga pendidikan diciptakan semata-mata hanya untuk menciptakan SDM yang handal, bermutu dan mampu bersaing dengan dunia luar dan menyiapkan putera-puteri bangsa untuk memimpin bangsa ini kearah yang lebih baik lewat pendidikan yang diterimanya bukan untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Apa yang sebenarnya sekarang layak untuk diidentikkan dengan UNAS? Kampus perjuangankah atau kampus per-uangan???

Tags: , ,

16 Responses to “Kampus Perjuangan Atau Per-Uang-an ?”

  1. gondah Says:

    ya memang….saya juga bingung…
    di satu sisi saya merasa diuntungkan dengan biaya kuliah dengan sistem paket dan nggak ada perubahan untuk tahun2 kedepannya, tapi di sisi lain, melihat perubahan biaya yang terus naik saya prihatin juga, ngebayangin kemungkinan semakin sedikit aja anak2 yang bisa ngerasaain bangku kuliah. Well ok smua perguruan tinggi tiap tahun naik biayanya, jadi katanya wajar unas ikut naik..tapi…dibarengi dengan perubahan fasilitas yang signifikan juga seharusnya!
    dan satu lagi…saya nggak tahan nunggu yang namanya AKREDITASI untuk jurusan saya!!

  2. sisa Says:

    gw setuju banget tuch, masa sich lembaga pendidikan dijadiin arena bisnis keluar jalur dwonk tuch, harusnya tuch ya lembaga pendidikan yah buat bikin anak2 bangsa ini pada pinter2 toh mereka2 juga yang nanti jadi pemimpin bangsa ini kan??? selain itu kalo di unas tuch ya udah biayanya tiap tahun naik tapi fasilitasnya masih gitu-gitu juga gedungnya aja tua udah gitu bener tuch ama yang ditulis tembok dindingnya pake papan,, siteng ga sich? pokoke cayo terus buat tulisan2nya.

  3. bobbycool Says:

    Klo menurut gue si wajar deh Unas naek SPPnya.. ngga seberapa dibanding kampus swasta lain… klo mau murah ya masuk negri dong… ya ngga??? lha negri aja uang masuknya sampe puluhan juta, itu masuk lewat SPMB loh…yang udah pake sistem subsidi.. Jalur khusus? nyerah deh.. jual rumah+ isi”nya +jadi gembel.
    Toh mahasiswa UNAS kemungkinankan mereka-mereka yang gagal SPMB bahkan mungkin gagal masuk jalur khusus v_^_^ ya klo mau kuliah bayarnya mahalan dikit ya ngga papa lah.. kalo yang gue rasain selama ini fasilitas di UNAS selalu terpenuhi, malah gue seneng sama kampus ini… SEDERHANA

  4. mardani Says:

    saya cuma mau menangapi komentar dari bobby cool atas tulisan saya, menurut anda wajar klo biaya pendidikan di UNAS tiap tahun naik.. itu mungkin karna anda orang yang mempunyai tingkatan ekonomi menengah keatas atau mapan, coba anda pikirkan berapa banyak masyarakat indonesia yang tidak bisa menlanjutkan pendidikannya pasca SMU keperguruan tinggi dikarnakan biaya pendidikan yang melambung tinggi di perguruan tinggi negeri maupun swasta? anda juga harus mengetahui keterpurukan negeri kita ini seperti sekarang ini selain dikarnakan oleh KKN juga dikarnakan SDMnya yang lemah, jadi bagaimana bangsa kita mau bangkit apabila SDMnya lemah, yang dimana kualitas SDM itu salah satunya harus dibangun dari bidang pendidikan, saya tidak hanya membicarakan komersialisasi pendidikan di UNAS saja, tapi saya membicarakan komersialisasi biaya pendidikan dinegeri kita ini yang saya persempit di UNAS, karna UNAS memiliki misi untuk memajukan pendidikan dan kebudayaan bangsa indonesia dengan cara mencerdaskan kehidupan bangsa. Bersyukurlah anda bobby cool or what ever ur name karna Tuhan YME telah memberikan kecukupan ekonomi kepada anda sehingga anda menganggap wajar biaya pendidikan mahal. terima kasih atas komentarnya…fastabiqulkhairat wassalam

  5. Bobby Heykal Says:

    wah asik juga nih ditanggepin.. kita diskusi yah ^_^
    nama gue Bobby Ahmad Heykal dari HI Fisip UNAS
    pertama kita liat dulu… pendidikan bukan segala-galanya
    yang mau gue jadiin contoh orang indonesia loh
    buka google isi keywordnya “ALi Audah”
    ini pasti yang kamu dapet
    T e R a S: ALI AUDAH, SASTRAWAN YANG TIDAK “MAKAN SEKOLAHAN”
    buka juga ini bwt liat hasil-hasil karyanya
    http://tamanismailmarzuki.com/tokoh/aliaudah.html
    sumber ilmu beliau dari kehidupan dan buku

    saya bilang wajar biaya pendidikan naik, lha harga-harga barang pd naik. masa’ kesejahrteraan dosen dan karyawan masa’ mau dikorbankan? atau mau ngutang lagi sperti peninggalannya suharto?
    kalo mau murah bisa.. tapi ya harus pinter biar dpt beasiswa, masa udah miskin n ngga pinter mau kuliah murah/gratis..
    Banyak perusahaan-perusahaan yang ngasih beasiswa kok.. gausah takut kalo ngga mampu bayar!! tapi syaratnya kerja keras dan pinter..

    Wajib belajar 9 tahun
    Itu sebenarnya kemampuan maksimal bangsa indonesia saat ini (asal ngga dikorupsi yah) yang bikin program ini bukan pemerintah loh.. tapi pakar-pakar pendidikan yang udah AHLI dalam bidangnya… Indonesia baru sampe LEVEL ini

    so???
    “Menjadi Seorang Mahasiswa Itu Belum Dijamin Pemerintah”
    kita tulis “belum” yah… kita jadi orang yang optimis..

    Kita lanjutin yang Ali Audah, dilihat dari kehidupan beliau
    apa harus jadi mahasiswa??? ngga kan… dihungkan dengan wajib belajar 9 tahun (sekali lagi klo ngga dikorupsi) bisa kan sperti beliau bahkan mestinya lebih baik dari beliau yang ngga pernah sekolah. Ngga perlu langsung ditanya ke beliau pasti beliau mulanya orang miskin, karena ngga sekolah v_^_^
    Beliau bisa menjadi orang yang “extraordinary” karena beliau ngga ambil pusing dengan harus sekolah tapi beliau berfikiran alternatif dan punya hobi yang positif yaitu BACA, beliau yakin dengan Al-‘Alaq ayat pertama.
    tambahan nie
    Kaisar jepang meminta rayatnya untuk membaca bukan sekolah ^_^
    SEDERHANA kan kuncinya??? BACA dan cari ALTERNATIF

  6. mardani Says:

    Assalamualaikum,
    sorry gw baru bisa ksh balasan coz baru sempet buka webnya KSM Unas, coz lg ada ksibukan…
    Alhamdulillah akhirnya ada juga wadah bwt qt diskusi neh…
    hai bob nama asli gw mardani, biasa dipanggil dani or daenk (biar akrab aja) cukup singkat n padat y coz ortu gw bharap gw tmasuk mnjadi masyarakat yg madani…Amin.. : )
    gw jg dari FISIP HI unas angkatan 2002 n lulus 2007 awal, lgsg aja y.
    thanks bwt saran2 n masukannya, gw stuju bahwa ga smuanya itu didapat di bangku kul or skul tp zaman skrg pendidikan formal udah menjadi syarat mutlak buat masyarakat disuatu negara, beda dengan zaman dulu boz, misalnya thomas alva edison pd umur 8 tahun ia di keluarkan oleh sekolahnya karna dianggap idiot, akhirnya ia diajar sendiri sama ibunya dirumah n pada umur 10 th ia mulai melakukan percobaan-percobaan yg akhirnya ia berhasil mematenkan kurang lebih 1000 penemuannya tersebut, diantara penemuannya tsb yg sangat brguna bwt qt smua hingga skrg ialah: lampu pijar, fonograf, aki, telegram, piringan hitam, kamera film serta proyektor ia juga menyempurnakan telepon supaya dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
    kesemuanya itu didptnya memang tdk dari bangku skolah or kul tp melalui baca n prcobaan. n msh bnyk lg kisah org2 yg sukses yg tdk mengenyam bangku skolah or kul. misalnya seorang Megawati soekarno putri (presiden RI ke 5) ia bukan lulusan kuliahan tapi bisa jadi presiden…walopun gw sndiri kurang stuju atas itu.
    ide-ide n argumen dari lw mang gw akui baik smua cuma pmasalahannya pada era modern skrg ini ga bisa kita samain ama era dulu, karna suka g suka tingkat pendidikan masyarakat di suatu negara itu pasti mempengaruhi keadaan negara tersebut baik dari sisi kesejahteraan/ekonomi, tingkah laku, moral dll.
    memang kesejahteraan para karyawan dilembaga pendidikan harus di perhatikan tapi tanpa harus merugikan pihak lain donk (mahasiswa yg tingkat ekonominya kurang)
    lw pasti tahu donk salah satu syarat bwt menjadi gubernurlah contohnya itu mininmal harus lulusan S1 boz, so kaum-kaum ploretariat g bisa donk buat jadi gubernur karna g bisa kul yg dikarnakan oleh keterbatasan ekonomi???
    kalo kita cermati misalnya di UNAS berapa Rp yg msk tiap semester? tp smuanya itu g jelas, perbaikan gedung?? ga ada apalagi pembuatan gedung baru?? terus kemana Rp-Rp itu? coba tanya ama birokrat2 di UNAS ya,,.
    kenaikan biaya pendidikan tiap tahun di UNAS menurut gw salah satu tujuannya ialah supaya UNAS tuh menjadi kampus yang tingkatan ekonomi mahasiswanya diatas rata-rata.
    zaman gw dulu masih kul ada yang namanya dispensasi bwt mahasiswa yg kurang mampu agar dia bisa tetap kul n ikut ujian, tp skrg sistem itu uda ga ada boz…
    trus lw bilang masa kita mau ngutang lagi ky zamannya soeharto?? asal lw tau hutang negara kita sekarang ini uda mencapai kurang lebih 140 milyar US Dollar (data dari Bpk Tjatur Anggota Komisi VII DPR-RI) n mnrt Hisbutahrir Indonesia (HTI) hutang negara kita sekarang ini uda mncapai hampir Rp. 100 Trilyun, jd sampe saat ini negara kita msh punya hutang luar negeri boz…
    masalah beasiswa, okelah ada sistem beasiswa tapi pada prakteknya banyak dana beasiswa tsb yg dicaplok oleh para pjabat2 tsb atau klo ga orang-orang yang memang seharusnya mendapatkan beasiswa tersebut malah ga dapat dikarenakan ada sistem pilih-pilihan mksdnya nepotisme disini bermain.
    jadi qt hrs jujur jgn bibir tersenyum hati menanggis, bahwasanya pendidikan murah itu merupakan salah satu solusi untuk membangun dan membangkitkan negara kita dari keterpurukan seperti yang sekarang ini..karna ekonomi masy qt blm mapan jd g bisa kita ikutin negara luar yg ekonomi masynya ud mapan….
    memang kaisar Jepang Akihito meminta rakyatnya utk membaca, tapi bukan berarti tidak sekolah boz…
    Chico Mendez pernah bilang “seribu orang dalam suatu negara tanpa pendidikan merupakan pemberontakan, satu orang dengan pendidikan merupakan pencerahan”
    gw cuma prihatin sama negara ini ya salah satunya di bidang pendidikan ini yg di komersialisasiin, klw mslh ekonomi ya Alhamdulillah gw tgolong org yg dikasih kenikmatan ama ALLAH SWT, ga kaya tp juga ga miskin..Hehehehe
    Insya Allah gw lg buat fersi selanjutnya “kampus perjuangan or per-uangan II, so tunggu aja oke
    Thanx for ur comments n i hope we always discuse…

  7. aDe Says:

    hai-hai boleh ikutan dwonk,,aq ade anak unpad jatinangor sumedang/bandung, aq tau web ini dari bang dhani kbetulan qt udah lama kenal (bener gak bang??? ;>) aq stuju sama pendapatnya bg dhani tapi bukan berarti aq kkn loh…
    soalna menurut aq pendidikan di indonesia sekarang ini udah dijadiin semata-mata lahan bisnis melenceng dari tujuannya yaitu mencerdaskan masyarakat negara kita ini. semua perguruan tinggi negeri maupun swasta biayana skrg mahal, terus gimana sama orang yang kondisi ekonomina kurang mampu? kasihankan? klw negara kita mau bangkit ya benahin donk pendidikan masyarakatna n harus disesuaiin ama keadaan ekonomi masyarakatna, soalna masyarakat kita kebanyakan sekarang ini tingkat ekonomina di bawah rata-rata apalagi beberapa wkt belakangan ini harga-harga pada naik, tambah bikin pusing lagi tuh..
    menurut q seh kaya gitu..btw maaf ya aq ikut-ikutan..heee

  8. Bobby Heykal Says:

    ===========================
    lw pasti tahu donk salah satu syarat bwt menjadi gubernurlah contohnya itu mininmal harus lulusan S1 boz, so kaum-kaum ploretariat g bisa donk buat jadi gubernur karna g bisa kul yg dikarnakan oleh keterbatasan ekonomi???
    ===========================
    kenapa contohnya jadi gubernur? kursi jabatan jadi gubernur di Indonesia kan sedikit. Masa ngga kuliah mau jadi gubernur?? otomatis lah ngga bisa jd gubernur @_@a tp kan msh ada pekerjaan lain…

    ===========================
    kenaikan biaya pendidikan tiap tahun di UNAS menurut gw salah satu tujuannya ialah supaya UNAS tuh menjadi kampus yang tingkatan ekonomi mahasiswanya diatas rata-rata.
    ===========================
    udah tanya blom ke UNAS kenapa naik biayanya?

    ===========================
    masalah beasiswa, okelah ada sistem beasiswa tapi pada prakteknya banyak dana beasiswa tsb yg dicaplok oleh para pjabat2 tsb atau klo ga orang-orang yang memang seharusnya mendapatkan beasiswa tersebut malah ga dapat dikarenakan ada sistem pilih-pilihan mksdnya nepotisme disini bermain.
    ===========================
    Masa’ sih… udah pernah liat gmn sistem beasiswa dr perusahaan blom?
    Beasiswa dr perusahaan itu langsung dr perusahaan ke mahasiswa, ngga lewat mana”…

    ===========================
    klw mslh ekonomi ya Alhamdulillah gw tgolong org yg dikasih kenikmatan ama ALLAH SWT, ga kaya tp juga ga miskin..Hehehehe
    ===========================
    Maksudnya yg ini apa? Jd ngga enak saya… ~_~

    ***************************
    ew jangan dipanggil bos dong… klo gue bos lo, brarti mesti gaji lo dong tiap akhir bulan..

  9. mardani Says:

    Alhamdulillah msh terus ditanggapi jawaban gw,
    gini ya bob gw bakal jawab semua pertanyaan2 lw diatas so tolong lw cermatin n renungin jawaban gw so pake otak n pake hati lw (jgn cuma pake otak aja)…;>)

    1. kenapa contohnya gubernur karna syarat untuk menjadi gubernur itu salah satunya ya harus lulusan s1 terus karna gw rasa gubernur itu bisa untuk dijadiin contoh masa gw kasih contoh jadi office boy sih,,emang masih byk pekerjaan lain tapi itu juga menurut standarisasi pendidikan jadi dalam setiap pekerjaan sekarang tuh ada jenjang pendidikannya,, lw mo kerja di bank lw minimal harus lulusan S1, jadi pendidikan formal tuh penting,,tapi klw lw mw kerja yg ga pake syarat minimal pendidikan ya ada juga sih,misalnya jadi tukang kebun kali y…hehehe

    2.kenaikan biaya pendidikan tiap tahun di UNAS menurut gw salah satu tujuannya ialah supaya UNAS tuh menjadi kampus yang tingkatan ekonomi mahasiswanya diatas rata-rata..ud tanya keunas belum???
    nah disinilah kegunaan otak yang dikasih oleh Tuhan YME, kenapa gw bilang begitu karna klw gw atau sapapun tanya keunas pasti jawabannya yg bagus2, so pake donk tuh otak buat menganalisa,, faktanya sekarang tuh parkiran mobil n motor di unas tambah penuh bejubel itu salah satu artinya mahasiswa unas ekonominya uda tingkat menengah atas n bayaran kul di unas uda ckp tinggi misalnya FISIP HI klw ga salah 4.2 juta persemester artinya perenam bulan sekali, coba lw kalkulasi bisa ga yang pendapatan ortunya dibawah 2 jt perbulan bwt kuliahin anaknya dg biaya persemester seperti diatas?? pikirin y!!! jgn smpe salah hitung2annya coz gw paling seneng hitung menghitung (matematika)…selain itu dulu ada yg namanya dispensasi masalah keuangan kuliah bwt mahasiswa/i yg kurang mampu sekarang masih ada ga??? uda ga adakan…
    3. masalah beasiswa, emang kondisinya seperti itu sapa yg punya jaringan ke birokrat2 maka dia yg dapat gw pernah ngalamin,, so gw tau,, klw ttg beasiswa dari perusahaan gw kurang tau tapi gw pernah ngalamin teman gw bokapnya punya jabatan yg cukup penting disuatu perusahaan n teman gw dapat beasiswa bwt kul,,bukannya buruk sangka neh tapi gw cukup tau kapasitas otak teman gw n gw rasa banyak yg lebih layak ngedapetin beasiswa tsb dari pd teman gw itu…
    4.klw mslh ekonomi ya Alhamdulillah gw tgolong org yg dikasih kenikmatan ama ALLAH SWT, ga kaya tp juga ga miskin..Hehehehe
    Maksudnya yg ini apa? Jd ngga enak saya… ~_~
    maksudnya ya lw pikir aja sendiri masa yg kaya gitu aja gak ngerti sih,,:>)

    Gw paling lw bos tuh sbg bentuk penghargaan gw ke lw sbg fans gw,,bkn berarti lw bos yang sesungguhnya…klw lw mw gaji gw tiap bulan boleh aja sih, tapi sanggup ga ya lw???

    ok itu semua jawaban dari gw n sorry klw ada kata2 gw yg sedikit edan coz gw lg pening….klw mw ketemuan aja di sekretariatnya KSM klw gw lg bisa n sempat, pasti gw datang biar lebih enak aja diskusinya,,,tanya2 aja keanak KSM. ada yg lw kenalkan??? masa ga ada, jgn kuper donk jd mahasiswa…hehehe
    Thanx

  10. lala Says:

    me loves unas so far anyway..:)

  11. mardani Says:

    hehehe..i love unas too if u know but i dont like they system n unas birokrat…

  12. rofiq Says:

    bro…edan tulisan lo banyak yg kasih comment, tp sejujurnya gw juga benci ma system di unas krn birokratnya dah kaya penjilat semua, khusus Fisip di Blok 1 adalah sebagian besar lendir semua…i hate unas system and birocration there.

  13. mardani Says:

    sorry brother opik ane baru bales message ente coz baru buka blok ksm lagi,, iya nie bro kampus kita makin ga bener aja yang ngelola, harus ada revolusi nie di unas, gmn kalau kita kudeta aja para birokratnya? tar settingannya jajang jadi rektor, urie, pante, firman jadi purek2nya….hehehe..
    makin ancur gak ya unas kalau settingannya kaya gitu?? hehehe

  14. Nanang Sumanang Says:

    Saya adalah teman dekatnya Nuku Sulaeman waktu di IPM ( Ikatan Pelajar Muhammadiyah ) dulu. Walau bukan orang UNAS, tapi saya sering diajak oleh Nuku untuk berdiskusi di PPI ( Pusat Pengajian Islam ) di UNAS dulu.
    Memang kita harus akui bahwa pendidikan yang baik memerlukan biaya yang tidak kecil, tapi permasalahannya adalah bahwa untuk meningkatkan mutu suatu pendidikan tidak boleh Universitas atau sekolah membebankan 100 % biayanya kepada murid/ mahasiswanya.
    Al-Azhar dengan sistem wakafnya dimana tanah-tanah wakaf Al Azhar disewakan dan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk membiayai Universitasnya dan hasilnya bukan hanya biaya pendidikan yang murah, tapi Al Azhar mampu memberikan beaisiswa kepada ribuan mahasiswa dari berbagai belahan dunia.
    Harvard, Oxford, Leiden, Mc. Gill dll sebagainya juga pandai menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga pemberi donor dengan berbagai projectnya.
    Tidak usahlah jauh-jauh, pergilah ke negara tetangga kita Filipina. Di Filipina kita tidak akan pernah menemui orang-orang dari keluarga kaya masuk perguruan tinggi, yang penting mereka harus lulus tes. Bayangkan di sebuah PT negeri di sini masih ada uang sksnya P 10.00 ( Rp 200.00 )/ unit. Semua ditanggung oleh negara. Sementara untukPTS-PTSnya yang cukup baikpun tidak mahal-mahal amat. Maka kita jangan heran apabila di setiap PTS di Filipina pasti akan kita dapai pusat-pusat pertokoan yang mengitari PTS tersebut, itulah tanah-tanah PTS yang disewakan kepada para pengusaha. Di USM ( University of Southern Mindanao ) sebuah state University mempunyai lahan +- 1042 Hectare dan menjadi pusat agrikultural yang hebat telah memanfaatkan luas lahannya untuk menjadi laboratorium yang hasilnya dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan civitas academicanya.
    Jadi yang pertama adalah :
    1. Pilihlah rektor yang yang cerdas, bukan hanya gelar akademiknya yang berjejer, tapi juga akal dan nuraninya yang cerdas.
    2. Jadikan universitas sebagai laboratorium penelitian dan terbitkan semua hasil penelitian dalam media massa atau jurnal-jurnal ilmiah, agar dikenal dan dibeli oleh pihak-pihak terkait.
    3. Ajak bicara pihak yayasan agar mau memanfaatkan tanah serta asetnya untuk mendatangkan uang.
    4. Adakan pencatatan dan audit yang jelas atas keluar masuknya uang.
    Insya Allah dengan cara itu, mahasiswa bukan lagi sapi perahan bagi kemakmuran anggota yayasan deh.

  15. BObby Eiken Says:

    Setubuh sama yang diatas… Kita ngga bisa cuma nunggu rektor sendiri yang buat perubahan. Cari duit kek dengan bikin artikel, penelitian dll.. dengan pegitu bakalan ada pemasukan di kantong” mahasiswa.
    Kalo UNAS dibilang mahal si menurut gue relatif, UNAS kan milik swasta ya hak dong mau nentuin harga… kalo mahal ya jangan masuk…
    Kalo mau murah mestinya masuk Negri aja,.

    kk ramdani kan ngajak untuk berfikir dengan hati nurani, kalo gue inget” ada kata”seperti ini

    ¨Dalam masalah hati nurani, pikiran pertamalah yang terbaik. Dalam masalah kebijaksanaan, pemikiran terakhirlah yang paling baik” – Robert Hall

  16. Golongan Putih atau Golongan Bingung Says:

    […] sebagai calon anggota KSM saya mau ngajak tean-teman juga dateng ke Blog KSM. Last comment saya di ksmunas.wordpress.com yang ngebahas tentang masalah Uang di kampus, emang kalo masalah uang ngga pernah abis dan bakal […]

Leave a reply to Nanang Sumanang Cancel reply